2 Nasehat Penuh Hikmah Tentang Malu Dan Menjauhi Sifat Sombong

Posted on

2 Nasehat Penuh Hikmah Tentang Malu Dan Menjauhi Sombong

Kata Mujahid, kalau mau dapat ilmu, hilangkan dua sifat buruk: malu dan sombong. Al-Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya,

قَالَ مُجَاهِدٌ لَا يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلَا مُسْتَكْبِرٌ
“Mujahid berkata, orang yang malu tidak akan (bisa) mendapatkan ilmu, demikian juga orang sombong” (H.R.Al-Bukhari, juz 1 hlm 220)
Maksud malu di sini adalah rasa malu yang menghalangi seseorang untuk bertanya ilmu tertentu yang dibutuhkan, bukan malu secara mutlak.
Sifat malu dipuji dalam Islam, malahan kata Nabi ﷺ malu itu adalah cabang, bagian dan ekspresi dari iman.
Hanya saja, ternyata ada rasa malu yang salah. Rasa malu yang salah adalah ketika rasa malu itu menghalanginya untuk mencari ilmu, membuatnya awet dalam kebodohan, dan tersaruk-saruk dalam kejahilan.
Kadang-kadang manusia memang dihalangi rasa malu untuk bertanya hukum agama atau mencari ilmu.
Malu kalau dianggap bertanya soal remeh.
Malu duduk di majelis pengajian karena sudah tua.
Malu karena menganggap sesuatu yang memalukan bicara urusan seks.
Malu duduk di majelis pengajian karena bersama orang-orang rendahan.
Dan lain-lain.
Demikian pula sombong.
Sombong itu menghalangi ilmu, membuat orang lestari dalam kebodohan, dan membuatnya tertipu, merasa hebat dan pintar padahal bodoh tidak ketulungan.
Munculnya kesombongan ini bisa disebabkan berbagai faktor.
Sombong bisa menjangkiti orang yang merasa berada di dalam jamaah/afiliasi “yang paling benar”, sehingga sikapnya meremehkan dan memicingkan sebelah mata terhadap ulama di luar kelompoknya, padahal hati kecilnya mengakui ada banyak ilmu bermanfaat yang bisa digali dari orang yang diremehkannya.
Sombong bisa menjangkit orang yang sudah kadung di”ustaz”kan, di”buya”kan, di”kyai”kan, di”syaikh”kan, atau di”gus”kan. Akibatnya, merasa gengsi untuk belajar lagi. Apalagi duduk bersama orang lain di majelis tertentu padahal hati kecilnya tahu bahwa dirinya bodoh dalam ilmu tertentu. Hanya saja karena kebiasaannya adalah didengarkan ucapannya, bukan mendengarkan, maka gengsi ini membuatnya jadi terhalang dari ilmu yang bermanfaat.
Sombong bisa menjangkiti orang yang merasa lebih tua dan senior. Merasa lebih banyak makan asam garam kehidupan. Merasa lebih kenyang dengan pengalaman. Akibatnya, apapun yang dikatakan oleh ulama yang dianggapnya masih “hijau” akan selalu diremehkan.
Sombong bisa menjangkiti orang populer. Dia merasa punya fans/liker/follower yang banyak sehingga dia merasa paling pintar. Akibatnya jika ada nasihat/masukan dari ulama yang tidak populer maka dia meremehkan dan memandang sebelah mata.
Sombong bisa menjangkiti siapapun. Kita semua bisa terkena tiupannya. Oleh karena itu, marilah berlindung dari malu yang tidak benar, dan sombong yang diharamkan.
Pos Terkait:  Sebutkan 3 Jenis Pekerjaan yang Ada pada Proses Editing

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *